Hubungan Antara Ilmu (Science) dan Metode Ilmiah (Scientific Method) dalam Perspektif Epistemologis

Oleh : KHILMI ZUHRONI

Untuk memulai mengkaji hubungan antara ilmu dan metode ilmiah dalam perspektif Epistemologis, perlu terlebih dahulu dipaparkan definisi dari ketiga istilah tersebut. Yakni pemahaman tentang epistemologi, ilmu dan metode ilmiah. Sebab dengan memahami ketiganya, akan lebih mudah untuk menarik hubungan antara ilmu dan metode ilmiah dalam tinjauan epistemologi.
Istilah epistemologi pertama kali dikenalkan oleh J.F. Feriere yang bermaksud untuk membedakan antara epistemologi dan ontologi. Jika ontologi pertanyaan pokoknya adalah apakah yang ada itu? Maka pertanyaan pokok dalam epistemologi adalah apa yang dapat diketahui? (Surajiyo, 2008). Dengan pokok pertanyaan tersebut, epistemologi melangkah lebih jauh tidak saja mempertanyakan hakikat yang ada, tapi lebih kepada adalah kemungkinan kita mengetahui yang ada itu, bagaimana kebenaran ilmu tentang ada itu dan bagaimana ukuran kebenaran itu sendiri.
    
 Secara etimologi, epistemologi berasal dari Yunani, episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan (knowledge) dan logos artinya teori. Dengan demikian epistemologi berarti teori pengetahuan (filsafat pengetahuan). (Munstansyir, 2006).  Oleh sebab tugas epistemologi yang demikian khas, maka dapat disimpulkan bahwa Epistemologi adalah bagian dari cabang filsafat yang mengkaji asal-usul, jenis, sumber, metode/produr dan kesahihan pengetahuan. Sebagai bagian penting dari filsafat, epistemologi melakukan kajian secara mendalam bagaimana proses yang menungkinkan adanya pengetahuan ? Bagaimana prosedur-prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam memperoleh pengetahuan? Bagaimana ukuran kebenaran pengetahuan? Apa kriterianya? Serta sarana apa yang membantu dalam mendapatkan pengetahuan berupa ilmu? (Sriasumantri, 1995).
Lalu apa itu ilmu? Dalam keseharian hidup kita, tidak jarang kita terjebak dalam pemaknaan kata antara tahu, pengetahuan dan ilmu. Ketika suatu pagi kita keluar rumah untuk berangkat shalat menuju masjid, pada hari yang masih gelap kita memakai sandal yang kita ambil di rak sandal tanpa perlu lagi bertanya yang mana sandal kita, itulah yang disebut dengan tahu. Tapi ternyata dari sandal-sandal yang kita miliki, kita memutuskan sandal yang lebih pas untuk berangkat berjalan di pagi hari itulah yang disebut pengetahuan. Tidak hanya sampai disitu, pilihan kita terhadap sandal tersebut didasari dengan pertimbangan akan bahan sandal, ringan dan beratnya, kualitas sandal, dan berbagai efek terapi sandal tersebut itulah yang disebut dengan ilmu.
Jadi secara sederhana ilmu (science) diartikan sebagai kumpulan-kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan metodis. Dapat diartikan juga bahwa ilmu merupakan kumpulan segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. (Gie, 1991). Dari maknanya, pengertian ilmu menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode.
Definisi tersebut minimal dapat dirunut dalam pengertian ilmu menurut S.J. Lachman (Gie, 1991), yakni :
“Ilmu merujuk pertama-tama pada kumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang dihimpun tentang alam semesta yang melulu diperoleh dari teknik-teknik pengamatan obyektif. Dengan demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulan-kumpulan teratur dari data.”
Dengan demikian, pengetahuan kita tentang sandal, dapat disebut ilmu tatkala kita sudah sampai pada pemahaman tentang kualitas, bahan-bahan yang dapakai untuk membuatnya, berat-ringannya, cara pembuatannya, teknik makainya, sampai pada efek kesehatan yang dikandung oleh sandal yang kita pakai.
Sedangkan metode  ilmiah (scientific method) adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metode ilmiah merupakan suatu proses atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang di dalamnya mengandung langkah-langkah sistematis dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu. (Suriasumantri, 1995).
Menurut perumusan The Word Of Science Encyclopedia, metode ilmiah didefinikan sebagai prosedur yang dipergunakan oleh ilmuan-ilmuan dalam pencarian sistematis terhadap pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada.(Gie, 1991).
Dari uraian tentang epistemologi, ilmu dan metode ilmiah di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perspektif epistemologis, ilmu dan metode ilmiah memiliki hubungan yang sangat erat. Sebab pertanyaan pokok dari epistemologi “Bagaimana ilmu itu dapat dipegang kebenarannya?” atau “Bagaimana pengetahuan itu dapat ditetapkan sebagai ilmu?” atau Bagaimana asal-usul ilmu itu sendiri?” tentu tidak dapat dijawab bahwa semuanya terjadi dengan begitu saja. Disinilah peran penting metode ilmiah yang dengannya pengetahuan dapat naik level menjadi ilmu.
Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang  menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yakni sifat rasional dan teruji sehingga pengetahuan tersebut tumbuh dan berkembang menjadi ilmu yang dapat diandalkan kebenarannya.
Sesudah menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan atau disebut sebagai ilmu, melalui epistemologi, ilmu tersebut dipertanyakan kembali kebsahannya dan relevansinya dengan kondisi yang ada. Yakni tentang layak tidaknya ilmu tersebut digunakan, bagaimana kriteria kelayakannya, prosedur mengujinya dan sebagainya. Dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang dilakukan oleh epistemologi, ilmu akan kembali menguji dirinya (melalui penelitian-penelitian ilmuan) apakah dirinya masih layak dan dapat diandalkan. Disinilah kembali metode ilmiah digunakan dengan cara menguji kembali keabsahan ilmu dengan standar-standar dan syarat-syarat yang sudah ditentukan.

Refferensi :
Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, (1991). Yogyakarta: yayasan Studi Ilmu dan Teknologi.
Mustansyir,  Rizal dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, (2006). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (2008). Jakarta: Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (1995). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KPN Dalam Struktur HMI; Sebuah Tinjauan Kritis

Teori Kebijakan Fiskal

MENGENAL SOSOK IMAM JALALUDDIN AS-SUYUTI