PESAN UNTUK GENERASI MUDA ISLAM

(Disadur dari "Javid Namah" Karya Sir Muhammad Iqbal)

Tak ada gunanya menyusun kata demi kata, karena yang terjadi di kedalaman lubuk hati berada di luar jangkauan bahasa. Meski telah kusingkap ratusan hal yang halus dan pelik, ketika suatu pikiran yang belum kutuliskan datang kepadaku, ia jadi lebih samar manakala kucoba mengungkapkannya. Huruf dan kata lebih bagai tabir yang menutupinya daripada menjelaskannya. Tangkap hakekatnya dalam pandanganku, atau dalam munajatku di kebeningan subuh !
Ibumu telah memberimu pelajaran pertama; bagai kuncup bunga, kau mekar oleh kelembutan angin sepoinya. Dari ibumu kau peroleh warna dan wewangian, wahai permata hati kami ! Nilai dirimu datang darinya, bibirnya, hai anakku, yang mengajarimu "La ilaha illallah". Sekarang kuajarkan engkau hasrat buat menyaksikan, untuk terbakar oleh kalimat suci tadi ! Jika kau sebut kalimat itu, ucapkanlah dengan seluruh jiwamu, sehingga dari tubuhmu keluar wewangian jiwa. Semangat kalimat suci inilah penyebab matahari dan rembulan beredar, gairah yang sama telah kusaksikan, baik pada gunung-gunung maupun pada cabang-cabang rumput.
Memegang kalimat tauhid dengan kemunafikan, berarti menjual agama dengan harga yang amat rendah. Bagai membakar barang-barang usang dalam rumah beserta rumahnya sekaligus. Dalam shalat orang seperti ini, kalimat suci sekaligus ada dan tidak ada. Dalam doanya terkandung dan sekaligus tidak ada cinta. Puasa dan shalat orang ini sedikit pun tidak bercahaya. dalam alamnya jelas tidak ada tajalli Ilahi.
Siapapun juga yang mencari Allah hanya ketika menghadapi maut saja, pasti sudah terikat erat kepada benda dan takut sekali menghadapi mati. Agamanya hanya berada dalam kitab, dirinya sendiri dalam pusara!. Ia berbincang-bincang dengan zaman modern, lalu dipahaminya ajaran-ajaran agama dari dua orang yang mengaku nabi; yang satu datang dari Iran, lainnya dari India. Yang pertama tidak kenal ziarah Haji, yang kedua asing akan jihad.
Tatkala jihad dan ziarah ke tanah suci tidak lagi dianggap fardu, sirnalah jiwa dari tubuh amalan puasa dan shalat, dari tidak pernah serasi dan masyarakat tidak punya disiplin. Hati mereka hampa akan cahaya Al Quran. Perbaikan apa yang dapat diharapkan dari orang semacam ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KPN Dalam Struktur HMI; Sebuah Tinjauan Kritis

Teori Kebijakan Fiskal

MENGENAL SOSOK IMAM JALALUDDIN AS-SUYUTI