DILEMA MANUSIA MODERN DAN SOLUSINYA

Oleh : Khilmi Zuhroni
(Tulisan ini sadur dari Karya Muhammad Iqbal "Recontruction of Religious Thought in Islam")


Konsepsi keilmuan manusia modern dengan sifat kritis dan spesialisasi ilmiyahnya telah menyeret ke dalam suatu posisi yang berbahaya. Sebab pada hekekat penciptaannya, manusia memiliki potensi yang tidak ada taranya terhadap kekuatan-kekuatan alam. Namun oleh sebab daya kritis dan spesialisasinya tersebut justeru merampas keyakinanya terhadap masa depan dirinya sendiri.

Rumusan teori evolusi dalam dunia Islam telah menghidupkan enthusisme Rumi yang menakutkan terhadap biologi manusia di masa mendatang. Tak seorang Islampun yang berbudaya dapat membaca baris-baris berikut ini tanpa meremang bulu roma :

Jauh di bawah bumi
Aku tinggal di kerajaan-kerajaan tanah dan batu
Lalu aku tersenyum di tengah bunga-bunga aneka warna
Kemudian mengembara bersama waktu-waktu yang liar dan menakjubkan
Di pelosok bumi, udara dan samudra

Dalam suatu kelahiran baru
Aku menyelam dan terbang
Dan merangkak dan berlari

dan semua rahasia hakekat diriku terungkap
Di dalam suatu bentuk yang dapat menyebabkan semuanya terlihat

Dan lihatlah, seorang Insan !
Lalu kemudian tujuanku,
Di luar awan, di luar langit
Dalam kerajaan-kerajaan dimana tidak ada satupun yang berubah atau mati
Dalam bentuk malaikat, dan kemudian jauh
Di luar batas-batas malam dan siang
Dan kehidupan serta kematian tidak terlihat atau terlihat
Dimana semua yang has terdapat
Sebagai Kesatuan maupun Keseluruhan.
                                                       (Rumi)

Di lainj pihak, formulasi mengenai pandangan yang sama terhadap evolusi, dengan ketelitian yang jauh lebih besar, di Eropa telah menimbulkan keyakinan bahwa "Kini tidak akan ada satu dasar ilmiahpun bagi pandangan bahwa keserbabisaan manusia yang komplek masa kini akan jauh terlampui. Itulah sebabnya mengapa keputusasaan manusia modern diam-diam menyembunyikan dirinya dibalik layar terminologi ilmiah..."
Dengan demikian, dengan sepenuhnya dilindungi hasil-hasil kegiatan  intelektualnya, manusi modern berhenti hidup dengan sentimental. dalam khasanah pemikiran, dia hidup dalam konflik terang-terangan dengan dirinya sendiri; dan dalam khasanah kehidupan ekonomi dan politik dia hidup dalam konflik terang-teranga dengan orang lain. Dia mendapati dirinya tidak mampu mengendalikan egoismenya yang tidak mengenal belas kasihan dan sifat haus hartanya yang sangat dan membunuh semua perjuangannya untuk mencapai cita-cita yang lebih tinggi, secara bertahap dan tidak menghasilkan apapun baginya kecuali kekesalan hidup. Asyik dengan fakta yang merupakan sumber sensasi yang ada dan kelihatan, dia benar-benar terkucil dari kedalaman hidupnya sendiri yang tak terbatas. 
Sebagaimana ditakutkan oleh Huxely :"Sosialisme modern yang atheis, yang memiliki semua semangat agama baru yang menyala-nyala mempunyai suatu pandangan yang lebih luas; tetapi telah menerima dasar filosofisnya dari sayap kiri Helian. Dia bangkit memberontak terhadap sumber yang memberinya kekuatan dan tujuan. Baik nasionalisme maupun sosialisme atheis, pali tidak dalam kekinian perbaikan manusiawi, harus mencabut dari kungkungan kejiwannya kebencian, kecurigaan serta dendam yang cenderung memiskinkan jiwa manusia dan menyelubungi sumber tenaga spiritualnya yang tersembunyi. Bukanlah teknik sufi abad pertengahan bukan nasionalisme bukan pula sosialisme atheis yang dapat menyembuhkan sakitnya manusia yang putus asa. Tentunya saat ini merupakan salah satu krisis akbar dalam sejarah kebudayaan modern. Dunia modern berdiri dalam kebutuhan pembaharuan biologis. Dan agama, dalam manifestasinya yang lebih tinggi, yang tidak dapat dilakukan baik oleh dogma, tidak pula oleh kependetaan serta ritual, dapat secara ethis mempersiapkan manusia modern untuk menghadapi beban tanggung jawab besar yang sudah seharusnya terlibat dalam kemajuan ilmu pengetahuan modern sekaligus memperbaharui sikap keimanannya yang membuatnya mampu menemukan suatu kepribadian dan mempertahankannya."
Dengan demikian hanya dengan membangkitkan pandangan yang segar terhadap asal mula dan masa depan manusia, dari mana dan hendak kemana, manusia akan mempu mendepat kemenangan terhadap suatu masyarakat yang didorong oleh persaingan yang tidak berperikemanusiaan, dan terhadap suatu perbedaan yang telah kehilangan kesatuan spiritualnya karena konflik nilai-nilai religius dan politis dari dalam. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KPN Dalam Struktur HMI; Sebuah Tinjauan Kritis

Teori Kebijakan Fiskal

MENGENAL SOSOK IMAM JALALUDDIN AS-SUYUTI