Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

HUBUNGAN PRIBADI DAN MASYARAKAT DALAM RELASI EGO

Gambar
Oleh : Khilmi Zuhroni Islam adalah ajaran yang mengedepankan aspek-aspek sosial demi tercapainya kesempurnaan individu. [1] Di mata Islam, beriman kepada Allah haruslah punya implikasi pada kehidupan kolektif umat manusia berupa terwujudnya prinsip keadilan dan kesejahteraan bersama. [2]

EGO PROFETIK

Gambar
Oleh : Khilmi Zuhroni Penciptaan adalah sebuah proses yang berkelanjutan, manusia turut ambil bagian di dalamnya dan setiap saat menciptakan situasi-situasi dan produk-produk baru. Kehidupan bukanlah sesuatu yang siap jadi; keinginan-keinginan, hasrat-hasrat baru selalu menciptakan kehidupan baru dalam kehidupan ini. Sebagaimana diungkapkan oleh Iqbal dalam Payam-i-Mashriq :   Kau ciptakan malam dan aku menciptakan lampu Kau ciptakan lempung dan aku menciptakan cawan… Akulah yang mengubah batu menjadi cermin Akulah yang menjadikan racun sebagai obat penawar Kebesaran manusia terletak dalam daya ciptanya… [1] Hidup adalah sesuatu yang terus menerus. Manusia senantiasa bergerak maju untuk senantiasa menerima cahaya-cahaya baru dari realitas yang tak terbatas yang setiap saat muncul sebagai kemegahan yang baru. Nature not as something static, situate in an infinite void, but a structure of inter-related event out of whose mutual relations arise the concept of space an

FILSAFAT EGO DALAM SYAIR-SYAIR IQBAL

Gambar
Oleh : Khilmi Zuhroni Renungkanlah sejenak hakekat manusia ini… Ia masih masih bergelimang lumpur, tapi suatu masa kelak akan sempurna Demikian sempurnanya makhluk yang tampak tanpa keistimewaan ini Sehingga suatu masa nanti, Tuhan sendiripun cemburu kepadanya.. [1] Dalam sepucuk suratnya yang disampaikan pada penyair besar Akbar Allahabadi, Iqbal memberikan penjelasan tentang terbitnya Asrār-I-Khudī , bahwa ; Agama tanpa kekuatan adalah filsafat murni. Hal inilah yang telah mendorongnya menulis Asrār-I-Khudī , sebuah persoalan yang telah dia pikirkan selama hampir sepuluh tahun sebelum karya tersebut. Surat itu disampaikan Iqbal tatkala dengan terbitnya puisi Asrār-I-Khudī , banyak terjadi perdebatan diantara berbagai kelompok Islam, terutama bahwa konsep dan sekaligus kritik Iqbal tentang pribadi/ Khudi /Ego dianggap menyerang konsepsi Wahdāh al-Wujūd . [2] Al-Qur'ān dengan cara yang sederhana dan penuh daya menekankan individualitas dan keunikan manusia, me

FILSAFAT PROFETIK DAN MISTIK DALAM PANDANGAN MUHAMAD IQBAL

Gambar
Oleh : Khilmi Zuhroni Salah satu pokok masalah yang menimbulkan perdebatan antara pemikiran Iqbal dengan mistisisme adalah masalah monisme dan pluralisme. Menurut Iqbal watak utama bagi setiap ego adalah individualitasnya. Alam semesta merupakan kumpulan dari individu-individu, dan Tuhan sendiri adalah sebagai individu yang sempurna. Perbedaan yang paling jelas antara pemikiran Iqbal dengan mistisisme terutama dalam konsepsi Wahdāh al-Wujūd dalam konteks ini adalah bahwa spiritualitas dalam individu sebagaimana menurut Iqbal lebih menekankan pada satu aspek dari spiritualitas yang menyebar, yakni yang bersifat pluralistik, sementara Wahdāh al - Wujūd lebih menekankan pada aspek monistiknya. [1]   Wujud Tuhan dalam Wahdāh al-Wujūd bersifat wajib ada, meskipun sekaligus bersifat imanen dalam alam benda-benda dan bersifat transenden.  Peristiwa-peristiwa diterangkan dalam hukum sebab-akibat, dan kewajiban sosial dilakukan seakan-akan dunia ini adalah dunia yang riil. Sementara